Sabtu, 22 Oktober 2011


PENANAMAN JIWA KEWIRAUSAHAAN UNTUK MENINGKATKAN MINAT BERWIRAUSAHA SISWA   MELALUI PEMBELAJARAN
MAKE A MATCH  KELAS X  SMK NEGERI 2 KOTA TEBING TINGGI TAHUN PELAJARAN 2010/2011.
Oleh:DELIANA,S.Pd.
ABSTRAK:Penelitian ini bertujuan untuk menanamkan  jiwa kewirausahaan dalam meningkatkan minat berwirausaha siswa  kelas X Teknik Komputer Jaringan 2 SMK Negeri 2 Tebing Tinggi Tahun Ajaran 2010/2011 melalui pembelajaran make a match . Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X Teknik Komputer Jaringan 2   sebanyak 32 orang.Prosedur penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan  dalam dua siklus.Pembelajaran menggunakan metode make a match. Data tentang jiwa kewirausahaan siswa dinilai melalui pembelajaran dengan menggunakan metode make a match.Berdasarkan  metode pembelajaran make a match di dapat nilai dalam pembelajaran kewirausahaan pada siklus I nilai rendah. Data penelitian tentang minat berwirausaha siswa dikumpulkan melalui angket. Selanjutnya data dianalisis secara deskriptif. Dari hasil angket, penelitian diperoleh jumlah skor siklus I  minat siswa untuk berwirausaha kurang.Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah angket, tes teori, tes praktek.Tes praktek atau tugas praktek yang memanfaatkan lingkungan sekolah dan lingkungan tempat tinggal,Dari tugas praktek tersebut dimasukkan nilai-nilai jiwa kewirausahaan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa penanaman jiwa kewirausahaan meningkat melalui pembelajaran make a match.Selama pembelajaran peneliti banyak mengalami masalah dalam menyampaikan materi kepada siswa. Banyak motede pembelajaran yang dapat digunakan, akan tetapi dalam materi ini peneliti merasa cocok untuk membuat metode make a match dalam pembelajaran karekteristik jiwa wirausaha.Hal ini ditunjukan oleh semakin meningkatnya sikapmemiliki mimpi yang tinggi,percaya diri (self confidence),pengambil Risiko,kepemimpinan,kerja keras,kreatif dan inovatif,suka tantangan.
Kata kunci :Pembelajaran Kooperatif Make A Match, Kewirausahaan, Jiwa kewirausahaan.
ENTREPRENEURSHIP SPIRIT INVESTMENT INTEREST IN INCREASING STUDENTS THROUGH LEARNING entrepreneurship
MAKE A MATCH CLASS X SMK NEGERI 2 YEAR STUDY OF HIGH CITY Climbing 2010/2011.
By:DELIANA, S.Pd.
ABSTRACT:This study aims to instill entrepreneurial spirit in increasing interest in entrepreneurship class X Computer Network 2 SMK Negeri 2 Cliff High School Year 2010/2011 through learning the make a match.The subject of this study is the class X 2 Computer Network 32 people.The procedure of this study was classroom action research conducted in two cycles.Learning using the make a match.Data on the entrepreneurial spirit of students assessed through learning by using the make a match method. Based learning methods in the make a match can be value in learning entrepreneurship in low-cycle I value. The research data on students' interest in entrepreneurship was collected through questionnaires. Furthermore, the data were analyzed descriptively. From the results of questionnaires, the research cycle I obtained the number of student interest scores for less entrepreneurship. Data collection techniques used were questionnaires, theory test, practice tests. Practice tests or tasks that take advantage of the environmental practices of schools and neighborhoods, the practice of the task included the values ​​of entrepreneurial spirit. Results showed that planting increased entrepreneurial spirit through learning the make a match. During the study researchers lot of problems in delivering material to students. Many motede learning that can be used, but the researchers feel this material is suitable for the make a match making methods in the learning characteristics of entrepreneurial spirit. This is evidenced by the increasing attitude dream of having high self-confidence (self confidence), Risk taker, leadership, hard work, creative and innovative, like a challenge.

Key words: Cooperative Learning Make A Match, Entrepreneurship, entrepreneurial spirit.

PENDAHULUAN
Dari hasil observasi dan selama mengajar di kelas, peneliti mendapatkan siswa  kelas X Teknik Komputer Jaringan 2 SMK Negeri 2 Tebing Tinggi kesulitan dalam menjawab pertanyaan secara lisan dan tulisan menghubungkan materi yang disampaikan   dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Salah satu materi yang yang dirasa sulit oleh siswa yaitu  teori mengenai karekteristik  (jiwa) kewirausahaan , sebagian siswa tidak dapat mengartikan bagaimana sebenarnya karekteristik (jiwa) wirausaha berkaitan dengan minat berwirausaha. Sebagian siswa kurang memiliki mimpi yang tinggi,percaya diri (self confidence),pengambil Risiko,kepemimpinan,kerja keras,kreatif dan inovatif,suka tantangan dalam dirinya. Oleh sebab itu peneliti ingin menanamkan jiwa kewirausahaan kepada peserta didik melalui tes  teori, dengan metode pembelajaran make a match tes praktek dan angket.Diharapkan melalui motode kooperatif make a match siswa dapat bekerja sama menyelesaikan suatu masalah dalam pembelajaran  dan memiliki minat dalam berwirausaha.
Dari lampiran hasil angket minat berwirausaha yang peneliti sebar siswa secara klasikal 43,75 % siswa kurang berminat berwirausaha. Sedangkan hasil pembelajaran dengan secara klasikal rata-rata 65,76  ( tidak tuntas), dengan nilai terendah 30 ( tidak tuntas). Selain dalam pembelajaran, penanaman jiwa kewirausahaan dilakukan dengan praktek lapangan.

Dari hasil angket dan pembelajaran yang dilakakukan peneliti, apabila tidak adanya tindakan akan mengakibatkan merosotnya nilai dan jiwa wirausaha siswa tersebut. Untuk itu peneliti lebih mendalam lagi dalam menggunakan metode pembelajaran ini.Model pembelajaran sekarang ini tidak lagi terpusat pada guru (teacher center),akan tetapi lebih terpusat, melibatkan dan keaktifan siswa (student center) dalam proses pembelajaran. Membuat kelompok kecil agar siswa lebih mandiri dan aktif dalam proses pembelajaran.Model ini disebut juga model  pembelajaranCooperative.

Model pembelajaran kooperatif didasarkan atas falsafah homo homini socius, falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial (Lie, 2003:27).Berarti manusia hidup saling ketergantungan.Sedangkan menurut Ibrahim (2000:2) Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang membantu siswa mempelajari isi akademik dan hubungan sosial. Ciri khusus pembelajaran kooperatif mencakup lima unsur yang harus diterapkan, yang meliputi; saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi proses kelompok (Lie, 2003:30).

Pembelajaran terpusat pada guru sampai saat ini masih menemukan beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut dapat dilihat pada saat berlangsungnya proses pembelajaran di kelas, interaksi aktif antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa jarang terjadi. Siswa kurang terampil menjawab pertanyaan atau bertanya tentang konsep yang diajarkan.Siswa kurang bisa bekerja dalam kelompok diskusi dan pemecahan masalah yang diberikan.Mereka cenderung belajar sendiri-sendiri.Pengetahuan yang didapat bukan dibangun sendiri secara bertahap oleh siswa atas dasar pemahaman sendiri.Karena siswa jarang menemukan jawaban atas permasalahan atau konsep yang dipelajari.

Untuk memperbaiki hal tersebut perlu disusun suatu pendekatan dalam pembelajaran yang lebih komprehensip dan dapat menghubungkan materi teori dengan kenyataan yang ada di lingkungan sekitarnya. Atas dasar itulah peneliti mencoba mengembangkan pendekatan kooperatif dalam pembelajaran dengan metode make a match. Selain memiliki nilai falsafah homo homini socius, Salah satu ragam metode dengan model pembelajaran cooperative  yang menarik bagi pembelejaran bagi peneliti adalah metode make a match. Metode make a match atau mencari pasangan ini dikembangkan oleh Lorna Curran. Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untukmenanamkan  jiwa kewirausahaan dalam meningkatkan minat berwirausaha siswa  kelas X SMK Negeri 2 Tebing Tinggi Tahun Ajaran 2010/2011 melalui pembelajaran make a match. Peneliti hanya membatasi pada siswa kelas XTeknik Komputer Jaringan 2   sebanyak 32 orang siswa yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.
Peneliti berharap agar temuan penelitian ini memberikan inspirasi kepada guru-guru kewirausahaan lainnya, terutama guru-guru di SMKN 2 ,untuk memperbaiki praktek pembelajaran,serta memotivasi untuk melaksanakan PTK lainnya.

KAJIAN PUSTAKA
Model pembelajaran cooperative  yang menarik bagi pembelejaran bagi peneliti adalah metode make a match. Metode make a match atau mencari pasangan ini dikembangkan oleh Lorna Curran. Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
Dalam kurikulum SMK terdapat mata pelajaran kewirausahaan bertujuan agar peserta didik dapat mengaktualisasikan diri dalam perilaku wirausaha.Isi mata pelajaran kewirausahaan difokuskan pada perilaku wirausaha sebagai fenomena empiris yang terjadi di lingkungan peserta didik.Berkaitan dengan hal tersebut, peserta didik dituntut lebih aktif untuk mempelajari peristiwa-peristiwa ekonomi yang terjadi di lingkungannya.
Permen nomor 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, sekolah menengah kejuruan (SMK) untuk mata pelajaran kewirausahaan SMK meliputi :
1.   Mampu mengidentifikasi kegiatan dan peluang usaha dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi di lingkungan masyarakatnya
2.   Menerapkan sikap dan perilaku wirausaha dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakatnya
3.   Memahami sendi-sendi kepemimpinan dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari serta menerapkan perilaku kerja prestatif dalam kehidupannya
4.   Mampu merencanakan sekaligus mengelola usaha kecil/mikro dalam bidangnya.
Berdasarkan uraian diatas standar kompetensi tamatan SMK  harus mampu melihat peluang usaha , menerapkan sikap dan perilaku wiausaha,memahami makna kepemimpinan dalam kehidupan sehari-hari dan yang terjadi di sekolah maupun lingkungan masyarakat serta mampu merencanakan dan mengelola usaha kecil/mikro dalam bidangnya. Guru dalam pembelajaran dapat menanamkan  makna jiwa kewirausahaan  pada peserta didiknya. Dalam pembelajaran ini siswa dituntut untuk bisa menjadi dirinya sendiri berjiwa seorang pemimpin.Siswa SMK dituntut memiliki keterampilan dibidangnya yang nantinya menjadi sumber daya manusia yang kompeten di bidang keahliannya.Bekerja atas jurusan dan kompetensi yang dimilikinya.Atas keahlian yang dimilikinya diharapkan siswa SMK bisa membuka lapangan kerja sendiri dan dapat menampung tenaga kerja tidak terdidik di lingkungan tempat tinggalnya. Tidak itu saja, jiwa wirausaha harus ditanamkan pada diri setiap siswa karena mereka harus bisa bekerja di perusahaan terkenal secara Nasional dan Internasional yang ada di daerahnya, diseluruh Indonesia dan juga bekerja di luar negeri.
Pendidikan kewirausahaan  (Inpres No. 4 tahun 1995).Wirausaha adalah orang yang mempunyai semangat, sikap, perilaku dan kemampuan kewirausahaan.Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah kepada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar
Dalam program 100 hari Mendiknas ( menteri pendidikan nasional, Bimtek KTSP SMK 4-8 Nov 2009, Dinas Pendidikan Prov. SUMUT) diantaranya pengembangan Entrepreneurship. Ada upaya untuk meningkatkan metode pembelajaran dan menanamkan entrepreneurship di kalangan pelajar,khususnya sekolah menengah kejuruan,dimana sekolah menengah kejuruan diharapkan dapat menghasilkan kualitas siswa yang kreatif,inovatif,berpikir kritis dan berjiwa kewirausahaan (entrepreneurship).Guru juga harus memahami metode-metode apa yang dapat digunakan dalam pembelajaran kepada peserta didik. Siswa SMK harus mampu bekerja di bidangnya dapat mengembangkan ilmu kejuruan yang dipelajarinya bekerja secara mandiri.
John Kao dalam Sudjana (2004:131)menyebutkan bahwa “Kewirausahaan adalah sikap dan perilaku wirausaha”. Wirausaha ialah orang yang inovatif, antisipatif, inisiatif, pengambil risiko dan berorientasi laba.Siswa yang inovatif, antisipatif, inisiatif, berani mengambil resiko dalam bidang kejuruannya orientasinya ke laba. Karena orang yang menginginkan keuntungan dalam usahanya dapat menjamin kemakmuran dalam hidupnya,kehiduppannya lebih mapan dan layak dibandingkan dengan orang lain.
Peter F. Drucker dalam  Kasmir (2009: 17) mengatakan bahwa kewirausahaan merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
Sementara Zimmerer dalam Kasmir (2009: 17) mengartikan kewirausahaan sebagai suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha).
Menurut Kasmir (2009:18) menyimpulkan bahwa kewirausahaan merupakan suatu kemampuan dalam hal menciptakan kegiatan usaha.Wirausaha adalah seorang yang memiliki kemampuan yang kreatif dan inovatif dalam menemukan dan menciptakan berbagai ide.
Berdasarkan uraian diatas,dapat diambil kesimpulan bahwa kewirausahaan adalah suatu sikap dan perilaku kreatif dan inovatif  seseorang dalam menggunakan ide-ide untuk menciptakan kegiatan usaha atau peluang usaha guna menghasilkan keuntungan dan laba. Sedangkan wirausaha adalah orang yang mempunyai kemampuan kreatif dan inovatif untuk dapat memanfaatkan ide-ide dalam  menghasilkan laba atau keuntungan.
Keberhasilan seseorang tidak hanya didukung oleh  pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Bagaimana mempengaruhi orang lain agar mau bekerja sesuai dengan keingin kita. Kemauan yang lahir dari dalam diri kita akan berpengaruh terhadap apa yang kita inginkan sebenarnya. Kesuksesan seseorang sangat berpengaruh terdapat kemauaan dan tindakan yang ada pada diri orang tersebut.Hanya saja kita tidak tahu bagaimana mengolah jiwa dan kualitas diri kita.
Peggy A Lambing & Charles R Kuehl dalam (Hendro dan Chandra, 2006) menyatakan bahwa setiap wirausahawan (entrepreneur) yang sukses memiliki empat unsur pokok, yaitu:
a.       Kemampuan (hubungannya dengan IQ dan skill)
b.      Keberanian (hubungannya dengan Emotional Quotient dan mental)
c.       Keteguhan hati (hubungannya dengan motivasi diri)
d.      Kreatifitas yang memerlukan sebuah inspirasi sebagai cikal bakal ide untuk menemukan peluang berdasarkan intuisi (hubungannya dengan (experience).
Meredith et al.. (2002), mengemukakan nilai hakiki penting dari wirausaha adalah:(1) Percaya diri (self confidence),(2) Berorientasi tugas dan hasil, (3) Keberanian mengambil risiko,(4)Kempemimpinan, (5) Berorientasi ke masa depan,(6)  Keorisinilan : Kreativitas dan Inovasi.
Menurut Suryana (2003) bahwa orang-orang yang memiliki jiwa dan sikap  kewirausahaan yaitu : (a) Percaya diri (yakin, optimis dan penuh komitmen), (b) Berinisiatif (energik dan percaya diri), (c) Memiliki motif berprestasi (berorientasi hasil dan berwawasan ke depan), (d) Memiliki jiwa kepemimpinan (berani tampil berbeda dan berani mengambil resikodengan penuh perhitungan), (e) Suka tantangan
Sedangkan menurut Alma (2003)jalan menuju wirausaha sukses adalah : mau kerjakeras, bekerjasama, penampilan yang baik, yakin, pandai membuat keputusan, mau menambah ilmu pengetahuan,  ambisi untuk maju,  pandai berkomunikasi.
Menurut Bygrave dalam Ating (2004: 19) karekteristik kewirausahaan di kenal dengan 10 D diantanya: Dream, Decisivenes, Doers, Determination, Dedication, Devotion, Details, Destiny, Dollar, Distribute.
Menurut (Kasmir 20109: 27 – 28) Ciri-ciri wirausaha yang berhasil  diantaranya :Memiliki visi dan tujuan yang jelas, Inisiatif dan selalu proaktif, Berorientasi pada prestasi, Berani mengambil risiko, Kerja keras, Bertanggungjawab terhadap segala aktifitas yang dijalankannya, Komitmen pada berbagai pihak, Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak.
  Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jiwa kewirausahaan yang dimiliki oleh seorang wirausaha diantaranya:
a.   Memiliki mimpi
  Seorang wirausaha berani bermimpi. Untuk mewujudkan mimpinyaia harus berusaha dan belajar agar mimpi tersebut dapat di wujudkan. Tidak hanya terbuai dalam mimpi itu sehingga tidak ada tindakan yang membuat wirausha tersebut berubah.
b.   Percaya diri (self confidence)
Sikap percaya diri yang dimiliki seseorang sangat berpengaruh pada kemandirian,disiplin dan keberanian seseorang dalam berwirausaha.
c.       Pengambil Risiko
Segala keputusan yang telah direncanakan sebelumnya akan berdampak pada resiko kerugian dan keuntungan yang maksimal. Seorang wiausaha tidak akan pernah takut terhadap resiko kegagalan yang didapatnya. Ia akan terus memaksimalkan kemampuan yang ada pada dirinya. Segala sesuatu itu harus dicoba sehingga kita akan mengetahui kelemahan dari usaha yang kita jalankan
d.   Kepemimpinan
Dalam Laurence D.A (2004: 3) kepemiminan dan identitas bertemu secara langsung.Identitas itu merupakan hasil pengintergrasian dari kemampuan-kemampuan khusus mental, fisik maupun emosi.Berani dalam bertindak dan bersikap. Berorentasi ke masa depan Seorang pemimpin itu harus jujur,kimitmen tinggi dengan keputusannya.
e.    Kerja keras
Seorang yang memilki jiwa wirausaha tidak pernah puas dengan keberhasilan yang didapatnya.Ia akan terus mencoba dan mencoba. Uang  bukan target utama untuk mencapai kekayaan. Tetapi,uang merupakan ukuran kesuksesan. Dia beramsumsi jika berhasil dalam bisnisnya maka ia pantas mendapat laba,bonus atau hadiah
f.     Kreatif dan inovatif
Seorang wirausaha bukan lahir begitu saja. Melainkan bagaimana ia mengaplikasikan jiwa kewirausahaannnya melalui sikap dan perilaku yang kreatif dan inovatif untuk melakukan suatu kegiatan. Dalam mendukung Pengembangan Ekonomi Kreatif (PEK) tahun 2010-2014, yakni pengembangan kegiatan ekonomi berdasarkan pada kreativitas, keterampilan, dan bakat individu untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis dan berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat Indonesia.

g.      Suka tantangan.
Orang yang yakin dengan kemampuan yang dimilikinya biasanya suka dengan tantangan yang membuat dia lebih unggul dari orang lainya.
Minat adalah suatu dorongan dalam diri individu yang menyebabkan terikatnya perhatian individu tersebut pada obyek tertentu. (Indryati,2003:62). Oleh sebab itu jiwa kewirausahaan di dalam dalamdiri sesorang harus ada dorongan dalam dirinya sendiri.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau disebut  (Classroom Action Research (CAR) berlangsung selama dua siklus.Dilaksanakan di SMK Negeri 2 Tebing Tinggi untuk mata pelajaran kewirausahaan. Sebagai subjek dalam penelitian adalah kelas XTeknik komputer & jaringan 2  tahun pelajaran 2010 – 2011 dengan jumlah siswa 32 orang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan dimana siswa di kelas ini hetorogen di lihat dari kemampuan, latar belakang sosial, ekonomi dan budaya.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan april dan mei tahun pelajaran 2010/2011. SMK Negeri 2 Tebing Tinggi terletak di jalan Gunung Leuser, yang merupakan sekolah Rintisan Bertaraf Internasional (RSBI). Jumlah kelas sebanyak 25 kelas.
Langkah-langkahtindakan yang akan dilaksanakan pada setiap siklus dengan prosedur. Perencanaan (planning),Pelaksanaan tindakan (action), Observasi (observation), Refleksi ( reflection)(  Suharsimi Arikunto, 2009- 16 ).
Pada tiap-tiap siklus, Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dirangcang yaitu:
-       Menampilkan gambar wirausaha yang sukses di bidangnya untuk membangkitkan semangat dan motivasi siswa
-       Guru menjelaskan kompetensi yang ingin di capai dan langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah serta memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pembelajaran yang akan dipilih.
-       Guru membuat kelompok kecil dengan mengarahkan  kepada siswa untuk berdiskusi
-       Guru membagikan kartu soal dan kartu jawaban kepada sebagian siswa, siswa yang lain mendengarkan  soal dan jawaban yang dibacakan.
-       Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan soal dan jawaban yang dipegangnya.
-        Guru memperhatikan setiap siswa untuk mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya.
-       Guru menghitung waktu yang ditentukan kepada setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
-       Setelah satu babak, guru mengocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
-       Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok.
-       Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.
Peneliti menetapkan beberapa kriteria sebagai indikator keberhasilan penetapan pembelajaran make a match : (1) mencocokan soal dan jawaban, (2) kecepatan waktu mencocokan soal dan jawaban , (3) menjawab pertanyaan, (4) mengambil kesimpulan. Penelitian dikatakan meningkat manakala rata-rata dari semua aspek mencapai minimal 70 %.Untuk penguasaan materi karekteristik jiwa kewirausahaan, peneliti menetapkan kriterianya berdasarkan hasil belajar kewirausahaan yang diukur 2 X dalam setiap siklus,yaitu pada setiap 2 X pertemuan. Pembelajaran dikatakan meningkat dalam jiwa kewirausahaan manakala sedikitnya 70 % siswa memperoleh nilai 70.
Selain indikator keberhasilan di atas, untuk mengukur minat berwirausaha juga dilakukan pengukuran dengan menggunakan angket, di dalamnya terdapat indikator keberhasilan yang berhubungan dengan jiwa kewirausahaan diantaranya : (1) memiliki mimpi, (2) percaya diri, (3) pengambilan resiko, (4) kepemimpinan, (5) kerja keras, (6) kreatif dan inovatif, (7) suka tantangan. Adapun skor dari minat wirausaha siswa dapat peneliti tentukan ke dalam 4 (empat)interval, dengan cara pengaturan menurut Anas Sudijono (1992:50) :Rumus Total Range ( R ) = H – L + 1
Kategori skor di golongkan ke dalam:
1.      Siswa tidak berminat berwirausaha
2.      Minat siswa untuk berwirausaha kurang
3.      Minat siswa untuk berwirausaha cukup
4.      Minat siswa untuk berwirausaha besar
5.      Minat siswa untuk berwirausaha sangat besar

HASIL DAN PEMBAHASAN.
            Penelitian  pembelajaran Kewirausahaan yang menggunakan model kooperarif make a match, dilaksanakan dengan menggunakan dua siklus. Gambaran hasil penelitian ini diuraikan seperti berikut ini.
Siklus I
Pelaksanaan awal yang digunakan guru dalam siklus I dengan langkah-langkah sebagai berikut: Tahap (1) Menampilkan gambar wirausaha yang sukses di bidangnya untuk membangkitkan semangat dan motivasi siswa dengan menggunakan LCD Proyektor. (2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin di capai dan menyampaikan materi yang akan di pelajari, siswa mendengarkan penjelasan guru dan  mencatat materi yang disampaikan guru .  (3) Guru membuat kelompok kecil dengan mengarahkan  kepada siswa untuk berdiskusi  dan bekerjasama dalam pembelajaran. (4) Guru membagikan kartu soal dan kartu jawaban kepada sebagian siswa, siswa yang lain mendengarkan  soal dan jawaban yang dibacakan. (5) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan soal dan jawaban yang dipegangnya.Pada kesempatan ini materi yang di sampaikan mengenai pengertian kewirausahaan.Siswa diberi kesempatan untuk mengingat materi yang dipelajari.(6)  Guru memperhatikan setiap siswa untuk mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya.Pada tahap ini siswa banyak yang kebingungan untuk mencari pasangannya dengan mencocokan soal dan jawaban. (7)Guru menghitung waktu yang ditentukan kepada setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.Pada tahap ini siswa banyak yang tidak dapat mencocokkan jawabannya dengan soal yang ada. (8) Setelah satu babak, guru mengocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.(9) Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok. (10) Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.Pada awal pembelajaran, penarikan kesimpulan tidak dapat dilaksanakan karena waktu pembelajaran telah berakhir. Tetapi setelah proses penyajian materi diperbaiki, pada pertemuan selanjutnya pengambilan kesimpulan sudah dapat terlaksana. 
Selama 2 kali pertemuan, hasil yang di dapat pada siklus I. Dengan melihat indikator keberhasilan dalam pembelajaran diantaranya (1) mencocokan soal dan jawaban skor tercapai 590 dari skor ideal 960 dengan tingkat ketercapai 61,5% ini berarti setengah siswa yang dapat mencocokan soal dan jawaban sebagian siswa sulit untuk menyelesaikan mencocokkan soal dan jawaban yang dibuat guru.Disebabkan karena siswa kurang memahami materi yang disampaikan guru. (2) kecepatan waktu mencocokan soal dan jawaban skor ketercapaian 345 dari skor ideal 640 dengan tingkat ketercapaian 53,9% dalam hal ini waktu yang ditentukan tidak sesuai dengan kesepakatan. Setelah kartu dibagikan kepada siswa, dalam hitungan kelima siswa harus dapat mencari pasangan atas  kartu yang dipegangnya. Siswa sulit dan bingung untuk mencari pasangan yang berakibat waktu yang digunakan tidak tepat. (3) menjawab pertanyaan skor ketercapaian 565 dari skor ideal 960 dengan tingkat ketercapaian 58,9% karena siswa tidak menguasai materi yang disampaikan guru berakibat siswa sulit untuk menjawab pertanyan yang disampaikan guru. (4) mengambil kesimpulan skor ketercapai 440 dari skor ideal 640 dengan tingkat ketercapaian 68,7%.Dalam siklus ini siswa sulit untuk mengambil kesimpulan materi yang telah disampaikan guru. Dalam siklus 1 siswa belum memahami model yang digunakan guru dalam pembelajaran. Siswa cenderung mencari nilai dalam pembelajaran bukan bagaimana ia dapat lebih mendalami materi yang disampaikan dalam proses pembelajaran. Rata-rata siswa dapat menyelesaikan indikator keberhasilan dengan menggunakan model  make a match sebesar60,6%, Ketuntasan perorangan siswa dikatakan tidak berhasil. Karena tahap penguasaan siswa yang memiliki nilai < 70 %.Nilai terendah 30, nilai tertinggi 100. Nilai ketuntasan secara klasikal 56,25 %.  Hal ini tidak sesuai dengan standart ketuntasan klasikal dimana siswa dikatakan berhasil jika paling sedikit 85 % dari jumlah siswa dalam kelas tersebut telah mencapai ketuntasan perorangan.
Selama siklus I peneliti juga menyebarkan angket minat berwirausaha yang berhubungan dengan jiwa kewirausahaan siswa. Data angket yang disebar pada siklus I di dapat data dengan menggunakan indikator keberhasilan (1) siswa yang memiliki mimpi (cita-cita), (2) percaya diri, (3) pengambilan resiko, (4) kepemimpinan, (5) kerja keras, (6) kreatif dan inovatif, (7) suka tantangan.Tingkat minat berwirausaha siswa dalam pembelajaran kewirausahaan  dengan memberikan angket minat berwirausaha diawal sebelum tindakan dan sesudah tindakan pembelajaran dengan metode make  a match. Pada kesempatan ini siswa kurang memahami makna kewirausahaan berhubungan dengan jiwa wirausaha. Guru telah memotivasi siswa untuk lebih giat belajar dan diharapkan dapat berhasil di bidang kejuruan masing-masing.
Penyebarkan angket pada siswa kelas X Teknologi Komputer Jaringan 2, berisi pernyataan-pernyataan menyangkut minat berwirausaha. Angket terdiri atas 33 pertanyaan dengan opsi jawaban 1, (Siswa tidak berminat berwirausaha ),2 (Minat siswa untuk berwirausaha kurang),  3 (Minat siswa untuk berwirausaha cukup ), 4 (Minat siswa untuk berwirausaha besar), 5 (Minat siswa untuk berwirausaha sangat besar ).
Adapun skor dari minat wirausaha siswa di awal dapat penulis tentukan :
Rumus Total Range ( R ) = H – L + 1
R = Total Range
H = Skor Maksimum
L = Skor Minimum
1 = Bilangan Konstan
Jadi R = 165 – 33+ 1 = 132
Menetapkan banyaknya interval =                                    
132:5= 26,4 dibulatkan : 26
Dengan demikian skor digolongkan menjadi :
141 – 167        : minat siswa untuk berwirausaha sangat besar
114 - 140         : minat siswa untuk berwirausaha besar
87 – 113          : minat siswa untuk berwirausaha  cukup
60 - 86             : minat siswa untuk berwirausaha kurang
33 – 59            : Siswa tidak berminat berwirausaha.
Pembulatan dalam menentukan interval adalah 26.Interval ini dibuat untuk dapat menentukan batas penilaian yang didapat dari jumlah yang didapat siswa dalam penyebaran angket. Opsi yang digunakan adalah sebanyak lima bagian, jadi interval tersebut membatasi nilai yang didapat siswa dalam menentukan penggolongan skor. Dari jumlah angket yang disebar indikator keberhasilan dari minat berwirausaha berhubungan dengan jiwa kewirausahan nilai tertinggi adalah dengan mengalikan jumlah pernyataan dengan opsi tertinggi yaitu 5 maka nilai tertinggi adalah 165.Dengan nilai terendah adalah 33. Nilai terendah didapat dari tiga puluh tiga pernyataan dikali dengan nilai terendah pada skor penilaian, jadi apabila siswa menjawab semua pernyaan dengan opsi pilihan satu (terendah) maka nilainya adalah tiga puluh tiga. Untuk opsi pilihan pertama dengan menggunakan interval maka nilai yang didapat pada kisaran 33 sampai dengan 59.  Sedangkan opsi pilihan kedua  apabila nilai yang didapat dari jumlah angket sekitar 60 sampai dengan  86. Untuk  opsi pilihan ketiga apabila jumlah angket yang disebar dengan nilai yang didapat antara 87 sampai dengan 113. Untuk opsi pilihan keempat jumlah nilai yang didapat pada kisaran nilai 114 sampai dengan 140.Untuk opsi pilihan kelima nilai yang didapat pada kisaran nilai antara 141 sampai dengan 167.Karena menggunakan interval dengan pembulatan 26 maka nilai tertinggi adalah 167.
Dapat diketahui frekuensi minat berwirausaha berhubungan dengan jiwa kewirausahaan siswa  pada siklus I ini  dapatdilihat pada table  berikut :
No
Kategori
Frekuensi
Persentase
1.       
2.       
3.       
4.       
5.      1
Siswa tidak berminat berwirausaha
Minat siswa untuk berwirausaha kurang
Minat siswa untuk berwirausaha cukup
Minat siswa untuk berwirausaha besar
Minat siswa untuk berwirausaha sangat besar
-
14
18
-
-
       0 %
43,75 %
56,25 %
       0  %
       0 %                     

Setelah dihitung hasil yang diperoleh kategori penilaian minat siswa untuk berwirausaha kurang sebanyak 14 siswa dalam persen sebesar 43,75%. Hasil skor digolongkan pada hasil interval pada kisaran 60 – 86. Sedangkan kategori Minat siswa untuk berwirausaha cukup sebanyak 18 siswa dalam persen 56,25%. Hasil skor digolongkan pada  interval87 – 113.Dari hasil yang didapat bahwa siswa tersebut kurang minatnya dalam berwirausaha.Untuk itu peneliti mencoba untuk meningkatkan minat berwirausaha siswa dengan lebih meningkatkan model pembelajaran pada siklus berikutnya.

SIKLUS II
            Kelemahan dalam siklus I sudah dapat diidentifikasi diantaranya siswa kurang memahami materi yang disampaikan karena penguasaan siswa kurang atas pembelajaran yang disampaikan guru. Dalam siklus ini kelemahan akan diperbaiki. Untuk itu siswa diberi tugas agar lebih giat lagi mengulang materi yang telah disampaikan sebelumnya sehingga pada saat pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran make a match siswa tidak kesulitan lagi untuk menjawab dan menyelesaikan materi yang disampaikan. Kelemahan lainya sebagai indikator keberhasilan dalam minat berwirausaha adalah siswa kurang berminat dalam berwirausaha untuk itu peneliti mencoba lebih dalam lagi untuk menyampaikan materi dengan tugas yang lain yaitu dengan tugas praktek berwirausaha siswa. Peneliti tidak memanfaatkan kompetensi kejuruannya pada materi kewirausahaan ini, karena siswa belum menguasai ilmu kejuruannya,sehingga peneliti hanya ingin melihat jiwa kewirausahaannya saja.
  Pada siklus II ini model pembelajaran sama dengan langkah-langkah model pembelajaran pada siklus I. Hanya saja pada siklus II ini siswa diberi tugas yang berhubungan dengan jiwa kewirausahaan. Tugas tersebut adalah menjual produk dengan memanfaatkan warga lingkungan sekolah dan tempat tinggal, produk yang dijual terserah pada kemampuan siswa, waktu yang digunakan selama 2 minggu.Dalam tugas pembelajaran ini peneliti hanya ingin melihat jiwa kewirausahaannya.Yang mana sebelumnya siswa sudah diberi penjelasan mengenai karekteristik (jiwa) kewirausahaan. Indikator penilaian terhadap tugas penjualan:  Jenis produk  dengan skor  25, Target penjualan sebanyak 5 konsumen dengan skor 50, Foto penjualan sebagai bukti siswa melakukan penjualan dengan skor  25. Skor keseluruhan adalah 100.Apabila siswa dapat menyelesaikan seluruh indikator dari penjualan tersebut. Setelah selesai tugas tersebut , maka tugas tersebut dikirim melalui email guru yang bersangkutan. Hal ini dilakukan untuk melibatkan siswa dalam pembelajaran yang berbasis TIK ( Teknologi Informasi Komputer).
  Penggunaan model pembelajaran make a match pada siklus II ini dengan langkah-langkah Tahap (1) Menampilkan gambar wirausaha yang sukses di bidangnya untuk membangkitkan semangat dan motivasi siswa dengan menggunakan LCD Proyektor. (2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada materi yang berbeda dari sebelumnya yang ingin di capai. Materi ini telah disampaikan hanya saja belum dijelaskan kepada siswa akan tetapi siswa diharapkan dapat mempelajari sendiri di rumah, siswa mendengarkan penjelasan guru dan  mencatat materi yang disampaikan guru .  (3) Guru membuat kelompok kecil dengan mengarahkan  kepada siswa untuk berdiskusi  dan bekerjasama dalam pembelajaran. (4) Guru membagikan kartu soal dan kartu jawaban kepada sebagian siswa, siswa yang lain mendengarkan  soal dan jawaban yang dibacakan. Selain belajar secara kelompok siswa juga dituntut untuk dapat menguasai materi secara individu atau pribadi (5) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan soal dan jawaban yang dipegangnya. Disilah dapat kita lihat kemandirian siswa dalam pembelajaran materi yang disampaikan guru (6)  Guru memperhatikan setiap siswa untuk mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Pada tahap ini siswa tidak lagi  kebingungan untuk mencari pasangannya dengan mencocokan soal dan jawaban. (7) Guru menghitung waktu yang ditentukan kepada setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. Waktu yang digunakan digunakan selama hitungan ke lima setelah siswa memegang kartu soal dan jawaban. Pada tahap ini siswa kurang dari setengah jumlah siswa  yang dapat mencocokkan jawabannya dengan soal yang ada. Mereka sebelumya telah menguasai materi yang di pelajari. Selain itu tugas penjualan yang dikerjakan juga berhubungan dengan penanaman jiwa kewirwusaaan (8) Setelah satu babak, guru mengocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya, sampai pada masing-masing siswa menguasai materi jiwa kewirausahaan berhubungan minat berwirausaha (9) Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok. (10) Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.Disini siswa telah dapat membuat kesimpulan secara kelompok maupun pribadi.Siswa lebih berani dan percaya diri dalam menyampaikan kesimpulan yang dibuatnya.Apabila mereka kurang jelas mereka berani bertanya.
Hasil pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran make a match dengan  indikator keberhasilan (1) mencocokan soal dan jawaban skor tercapai 960 dari skor ideal 960 dengan tingkat ketercapai 100 % ini berarti siswa dapat mencocokan soal danjawaban  yang dibuat guru. Disebabkan karena siswa telah memahami materi yang disampaikan guru. (2) kecepatan waktu mencocokan soal dan jawaban skor ketercapaian 430 dari skor ideal 640 dengan tingkat ketercapaian 67,2%  dalam hal ini waktu yang ditentukan masih tidak sesuai dengan kesepakatan.Setelah kartu dibagikan kepada siswa, dalam hitungan kelima siswa harus dapat mencari pasangan atas  kartu yang dipegangnya.Hanya kurang setengah  dari jumlah siswa dapat menyelesaikan dengan waktu yang tepat.  (3) menjawab pertanyaan skor ketercapaian 810 dari skor ideal 960 dengan tingkat ketercapaian 84,4 % karena siswa telah menguasai materi yang disampaikan guru berakibat siswa mampu untuk menjawab pertanyan yang disampaikan guru. (4) mengambil kesimpulan skor ketercapai 625 dari skor ideal 640 dengan tingkat ketercapaian 97,7%. Dalam siklus ini siswa mampu untuk mengambil kesimpulan materi yang telah disampaikan guru. Dalam siklus II ini siswa sudah mampu  memahami model yang digunakan guru dalam pembelajaran.Siswa telah mampu mencapai taraf penguasaan minimum dengan nilai di atas 70 atau > 70%.Ketuntasan klasikal siswa telah mancapai > 85% dari ketuntasan individu. Pada tahap ini ketuntasan klasikal mencapai 100% berarti siswa semua dikatakan mampu dalam penguasaan  materi pembelajaran ini.
Selain pembelajaran dengan menggunakan model make a match, guru juga menggunakan angket untuk mengukur minat berwirausaha siswa dengan indikator keberhasilan sama dengan pada siklus I. hasil tersebut dapat di lihat pada table berikut.

Sesudah adanya tindakan pada siklus II baik metode pembelajaran make a match  dan tugas sehingga didapat hasil dari angket sebagai berikut:
No
Kategori
Frekwensi
Persentase
1
2
3
4
5
Siswa tidak berminat berwirausaha
Minat siswa untuk berwirausaha kurang
Minat siswa untuk berwirausaha cukup
Minat siswa untuk berwirausaha besar
Minat siswa untuk berwirausaha sangat besar
-
-
2
28
2
0 %
0 %
6,25 %
87,5 %
6.25 %
Jadi dari paparan data di atas 87,5% dari siswa kelas X teknik computer jaringan 2 mempunyai minat berwirausaha besar.Hasil skor digolongkan  pada hasil interval pada kisaran antara 114-140.Kategoricukup 6,25%. Hasil skor digolongkan  pada hasil interval pada kisaran 87 – 113. Sedangkan minat berwirausaha kategorisangat  besar dan 6.25 % .Hasil skor digolongkan  pada hasil interval pada kisaran  141 – 167 .Hal ini terlihat bahwa adanya peningkatan minat berwirausaha karena adanya tindakan pada siklus II. Kategori minat siswa yang pada siklus I dengan frekuensi 18 orang  untuk minat berwirausaha cukup menjadi minat berwirausaha besar dengan frekuensi 28 orang dengan persentase 87,5 % dari jumlah keseluruhan siswa. Dari hasil tersebut terlihat bahwa siswa meningkat minat berwirausahanya setelah adanya penanaman jiwa kewirausahaan dalampembelajaran make a match.
Untuk melihat kemampuan jiwa kewirausahaan pada masing-masing siswa, peneliti membuat tugas lapangan dengan melihat peluang usaha di lingkungan sekolah maupun lingkungan tempat tinggal. Dengan menanamkan jiwa wirausaha pada siswa diharapkan siswa tersebut dapat meningkatkan minatnya dalam berwirausaha.
Tugas berupa penjualan jenis barang dan jasa. Target penjualan >5 konsumen baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan tempat tinggal. Kegiatan penjualan di foto hasil tugas tersebut di kirim melalui email peneliti.Dari tugas tersebut indikator keberhasilan dalam tugas dengan skor penilaiannya adalah:1. Jenis produk (25),2. Target penjualan (50),3. Foto kegiatan (25).Dari hasil pembelajaran melalui tugas lapangan peneliti ingin melihat jiwa kewirausahaan  siswa terhadap minat bewirausaha .Dari 32 siswa 19 siswa dapat melakukan penjual dengan baik , mereka mampu melakukan penjualan dengan memanfaatkan lingkungan sekolah dan rumah. Hanya saja foto penjualan tidak dapat mereka kirim disebabkan oleh tidak adanya sarana foto atau kamera yang mereka miliki. Disisi lain sekolah melarang siswa untuk membawa handphone.13 siswa lainya dapat melaksanakan tugas dengan nilai amat baik. Mereka mampu mengirim foto-foto penjualan melalui email guru yang bersangkutan.Mereka merasa puas dengan tugas yang diberikan guru.Dari tugas tersebut ada nilai-nilai pembelajaran jiwa kewirausahaan dapat meningkatkan minat berwirausaha siswa.Dalam tugas penjualan ini ada pihak yang merasa dirugikan dimana penjualannya menurun diantaranya kantin sekolah dan koperasi sekolah.

SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dari penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan serta melalui analisis data penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:pertama,menanamkan  jiwa kewirausahaan dapat meningkatkan minat berwirausaha siswa  kelas X Teknik Komputer Jaringan 2 SMK Negeri 2 Tebing Tinggi Tahun Ajaran 2010/2011 melalui pembelajaran make a match.Indikator keberhasilan dalam pembelajaran make a match adalah (1) mencocokan soal dan jawaban, (2) kecepatan waktu mencocokan soal dan jawaban , (3) menjawab pertanyaan, (4) mengambil kesimpulan.Kedua,selain melalui pembelajaran make a match  jiwa kewirausahaan dapat meningkatkan minat berwirausaha diukur dengan menggunakan angket berwirausaha. Dimana dalam angket tersebut ada indikator keberhasilan dalam menanamkan jiwa kewirausahaan, diantaranya: (1) memiliki mimpi, (2) percaya diri, (3) pengambilan resiko, (4) kepemimpinan, (5) kerja keras, (6) kreatif dan inovatif, (7) suka tantangan.Angket tersebut disebarkan sebelum pembelajaran jiwa kewirausahaan.Dari penyebaran pertama siswa kurang berminat dalam berwirausaha. Setelah adanya pembelajaran karekteristik (jiwa) kewirausahaan dengan menggunakan model pembelajaran make a match dapat meningkatkan minat berwirausaha siswa kelas X Teknik Komputer jaringan 2.Ketiga, penanaman jiwa kewirausahaan dapat juga dilihat dengan kemampuan siswa dalam  berwirausaha,disini peneliti hanya melihat jiwa kewirausahaan siswa dengan menjual barang dan jasa atas kemampuan siswa tersebut. Berwirausaha tidak pada kompetensi keahlian siswa karena pada saat penelitian siswa masih kelas X jadi materi kompetensi kejuruan belum terlalu mendalam. Tapi peneliti telah mengarahkan siswa untuk berwirausaha pada bidang yang menjadi arah dan cita-citanya nanti.
Penelitian tindakan kelas menggunakan data deskriftif, yaitu dengan membandingkan data sebelum adanya tindakan dengan sesudah adanya tindakan.Dalam penelitian ini menggunakan dua siklus.Dari siklus I sampai siklus ke II terlihat adanya perubahan pada diri masing-masing siswa dalam mata pelajaran kewirausahaan khususnya materi karekteristik jiwa kewirausahaan.
Berdasrkan penelitian yang dilakukan, maka saran yang dapat diberikan adalah dalam pembelajaran, guru hendaknya dapat menggunakan model pembelajaran sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Membuat variasi model pembelajaran  sehingga tidak membosankan bagi siswa. Model pembelajaran make a match sangat cocok dengan materi kewirausahan khususnya karekteristik jiwa kewirausahaan karena siswa dituntut untuk dapat lebih memaknai belajar bukan hanya nilai yang ingin di capai tapi bagaimana aplikasi materi yang dipelajari agar bermakna dengan kehidupan yang sebenarnya. Adanya shering dengan guru mata pelajaran lainnya sehingga dapat meningkatkan motivasi siswa dalam semua mata pelajaran yang dipelajari. Pihak  Sekolah, dalam hal ini Kepala sekolah dapat memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk dapat ikut serta dalam program teaching factory dan teaching industry ( program direktorat pendidikan SMK), Karena ini dapat membangkitkan kepercayaan diri pada siswa atau kemampuan atas skill atau keterampilan yang dimilikinya.Dalam praktek pembelajaran kewirausahaanpihak Sekolah hendaknya menyediakan Work Shop untuk melihat keterampilan siswa dalam berwirausaha dan keterampilan kejuruan siswa.Walaupun SMK Negeri 2 Tebing Tinggi bukan merupakan SMK bisnis tapi diharapkan dari ilmu teknik kejuruan siswa juga harus mampu berwirausaha atas dasar kompetensi kejuruannya. Selain itu dinas Pendidikan kota sebaiknya sering mengadakan MGMP ( musyawarah guru mata pelajaran).



DAFTAR PUSTAKA
Ating Tedjasutisna.2004. Memahami Kewirausahaan SMK Tingkat 1. Bandung : CV. Armico
Ating Tedjasutisna.2007. Memahami Kewirausahaan SMK Tingkat 1. Bandung : CV. Armico
Baedhowi . (2010). Kewirausahaan.Materi disampaikan pada pelatihan Penguatan Kemampuan Kepala Sekolah.Medan tanggal 22-26 Desember 2010.
Bahrumsyah. (2010). Program 100 Hari Mendiknas ( Menteri Pendidikan Nasional).Materi di sampaikan pada Kegiatan Pelatihan Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan Sekolah Bertaraf Internasional dan Sekolah  Standart Nasional Sumatera Utara. Dinas Pendidikan Provinsi Sumateran Utara.
Erni Mulatsih. (2009). Materi Bimbingan Teknis kurikulum ( KTSP) SMK. Makalah di sajikan pada seminar Bimbingan Teknis Kurikulum (KTSP) SMK  Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara  Medan Tanggal 4-8 November 2009
Kasmir. (2009).Kewiraushaan.jakarta:PT. Rajagrafindo Persada.
Laurence D. Ackerman. (2004).  Identity Is Destiny( Lesdership and the Roots of Value Creation)  Kepemimpinan dan Landasan Penciptaan Nilai. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Mohammad Asrori. 2007. Penelitian Tindakan Kelas.Bandung: CV. Wacana Prima

Sanjaya. (2005). [online] (http://www.puslitjaknov.org/data/file/2008/makalah_peserta/41_Husni%20Jamal_KINERJA%20GURU%20DALAM%20MENGADOPSI%20INOVASI%20KURIKULUM.pdf )

Suharsimi Arikunto.(2009). Penelitian tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Tim Kewiraushaan SMK (2007). Kewirausahaan untuk SMK Kelas X . Bekasi : PT. Galaxy Puspa Mega.
Trianto. (2010). Model Pembelajaran terpadu.Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Tarmizi. (2008). [online] Pembelajaran Kooperatif “Make A Match”http://tarmizi.wordpress.com/2008/12/03/pembelajaran-kooperatif-make-a-match/

Wardoyo. 2011. [online] Kewirausahaan wardoyo.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/5053/Kewirausah - Mirip

Zoul Ramadhan (2011) [online] hubungan antara pelaksanaan mata kuliah kewirausahaan

 

 

 

 





1 komentar: